MASALAH
SOSIAL BUDAYA
HOMOSEKSUAL
latar belakang terjadinya
homoseksual
Homoseksual (liwath) merupakan
perbuatan asusila yang sangat terkutuk danmenunjukkan pelakunya seorang yang
mengalami penyimpangan psikologis dan tidak normal. Berbicara tentang
homoseksual di negara-negara maju, maka kondisinya sudahsangat memprihatinkan.
Di negara-negara tersebut kegiatannya sudah dilegalkan. Yanglebih menyedihkan
lagi, bahwa 'virus' ini ternyata juga telah mewabah di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia.
Psikiater Prof. Dr. Dadang Hawari
menyatakan, munculnya penyimpangan seksual ini tidak terjadi secara alamiah
begitu saja, tapi ini masalah psikologi (kejiwaan) yang terjadi karena
lingkungan yang rusak. Seseorang yang melakukan penyimpangan ini,
kemungkinannya ada dua, pertama seseorang mengalami kelainan ini karena trauma
masa lalu, misalnya ia pernah jadi korban (maaf) sodomi sehingga ia ingin
membalas dendam kepada orang lain atas apa yang terjadi padanya. Makanya
seringkali kelainan seksual ini dianggap sebagai ‘penyakit menular’ dimana
ketika seseorang menjadi korban biasanya ia berupaya untuk balas dendam dengan
melakukan hal yang sama dan seterusnya. Kedua, kelainan seksual terjadi karena
kebosanan terhadap lawan jenis atau karena ia hidup secara terus menerus
dilingkungan lawan jenisnya.
Ada fakta yang harus diketahui dan
dilihat secara obyektif oleh kalangan homoseksual. Beberapa waktu yang lalu,
seorang waria yang pernah menyabet gelar Miss Waria, tersadar dan kembali pada
kodratnya menjadi laki-laki. Jika ada kemauan yang kuat pada diri sendiri, maka
waria ataupun kalangan homoseksual dapat mengubah perilaku “sakit”nya, ujar
mantan waria tersebut.
Jadi
jika homoseksual adalah sesuatu yang alami dan diciptakan oleh Tuhan, maka
mantan Miss Waria tersebut tentu tak akan dapat kembali menjadi laki-laki
normal. Masalahnya adalah kaum homoseks ini mau atau tidak.
Timbulnya sifat homoseksual pada
diri seseorang dapat disebabkan bermacam-macam faktor, seperti kekurangan
hormon laki-laki selama masa pertumbuhan, mendapatkan pengalaman homoseksual
yang menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya, memandang perilaku
heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan atau tidak menyenangkan, atau
karena dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang didominasi oleh ibu sedangkan
ayah lemah atau bahkan tidak ada (Widayani 2006: 16).
Secara sederhana homoseksual dapat
diartikan sebagai suatu kecenderungan yang kuat akan daya tarik erotis
seseorang justru terhadap jenis kelamin yang sama.
Homoseksual dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Dari faktor internal,
homoseksual disebabkan karena kelainan pada hormon yang diproduksi oleh tubuh.
Sehingga dapat menyebabkan kemunculan ketertarikan seksual terhadap sesama
jenis. Selain itu, secara internal homoseksual juga dapat dipengaruhi karena
kondisi kejiwaan penderita yang kurang stabil. Hal ini bisa disebabkan karena
gejolak batin karena mengalami kegagalan cinta dengan kawan jenis, sehingga ia
beralih dan ingin mencoba melakukan hubungan dengan sesama jenis.
Sedangkan dari faktor eksternal
dapat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan dan hubungan dengan keluarga.
Kondisi keluarga yang kurang harmonis dan kurangnya perhatian sosok ayah
terhadap anak laki-lakinya dapat membuat melakukan penyimpangan seksual. Asuhan
yang salah dan kurangnya nilai religiusitas dapat pula menyebabkan seseorang
terlibat dalam kondisi homoseksual. Asuhan yang salah bisa direpresentasikan
dalam tipikal orang tua yang kurang seimbang. Misalnya penderita homoseksual
sejak kecil kurang mendapat kasih sayang dari seorang ayah dan lebih dominan
dengan ibu dari pada ayah.
Faktor eksternal lain selain
pengaruh keadaan dalam keluarga, juga bisa disebabkan karena adanya pengaruh
pergaulan. Misalnya seorang anak laki-laki ketika menonton film porno dengan
temannya akan mencari alat untuk memuaskan hasrat birahinya. Ketika terhambat
oleh keadaan, mereka akan saling memuaskan satu sama lain. Lama-kelamaan hal
ini akan menimbulkan ketertarikan dan rasa saling membutuhkan satu sama lain.
ngga semudah yang anda tulis mbak. apakah anda telah melakukan riset terhadap waria yang dikabarkan kembali menjadi laki2? baik secara psikologis maupun faktor2 lainnya. "penyimpangan psikologis dan tidak normal" homoseksual bukan penyimpangan psikologis dan kurang tepat dikatakan tidak normal. yang tidak normal itu orang gila mbak. dikoreksi kembali deh tulisannya ^^
BalasHapus