Powered By Blogger

Kamis, 27 Desember 2012

KRITIK TENTANG FEMINISME



            Gerakam feminisme telah banyak diakui oleh kalangan masyarakat dan jugamembawa perubahan positif pada perempuan. Perempuan banyak yang telah masuk kesegala sector pekerjaan yang dulu banyak di monopoli oleh kaum laki-laki. Dilain dampak positif yang dialami oleh perempuan namun juga menimbulkan dampak negatif.Dari sisi negatife feminism juga terdapat kritik dan tanggapan negative dari sejumlahtokoh yang di tunjukan padafeminisme. Kritik dan tanggapan tersebut antara lain adalah:
1.Berbagai eksperimen membuktikan bahwa pria dan perempuan sama-sama mengalamikegagalan.Sebagai contoh ketika pada tahun 1997 pemerintah inggris memberlakukan“gender free approach”dalam merekrut tentaranya dan memberlakukan ujian fisik terhadap perempuan dan laki-laki ,maka tingkat cidera yang lebih tinggi di alami padaperempuan.Dan pada saat perang teluk dilakukan,satu per 10 kru perempuan kapalperang Amerika USS Acadia di kembalikan karena hamil diperjalanan,sementara tidak ada satupun tentara pria yang di kembalikan.
2.Eksperimen penerapan persamaan gender juga di lakukan dinegara skandinavia.Merekaberkampanye agar laki-laki tidak malu bekerja di sector domestic dan perempuan didorong untuk bekerja diluar rumah dengan cara penitipan anak secara besar-besaran.Pemikiran realisme sebagai salah satu aliran mainstream hubungan internasional dalam perkembangannya mendapat banyak kritik dan tantangan dari aliran teori kritis, dalam hal ini feminisme yang muncul untuk mendobrak kesubordinatan wanita di bawah pria, dimana kesubordinatan ini kemudian meluas hingga ke ranah hubungan internasional dalam hubungannya dengan power dan pengetahuan. Mematahkan ikatan kuat antara manusia secara maskulin, negara, dan perang teori HI, feminisme berkembang sejak pertengahan 80`an. Dengan praktek feminisme, terdapat sumber daya untuk mengembangkan pedoman normatif tentang kemungkinan dialog global lintasi etnis, budaya, bangsa, ras, kelamin, dan perbedaan gender.Hingga tahun 80`an ranah HI mempelajari penyebab perang dan konflik serta ekspansi global perdagangan tanpa referensi khusus terhadap masyarakat. Memang penggunaan kategori abstrak seperti “negara”, “sistem”, wacana keamanan strategis seperti penangkalan nuklir dan pendekatan riset positifis secara efektif menghilangkan masyarakat sebagai agen yang terpatri dalam konteks sosial dan sejarah dari teori HI. Akan tetapi, dimana studi tentang orang yaitu “wanita” dan “pria” atau konstruksi sosial dari gender feminis dan maskulinitas dalam HI? Bagaimana sistem internasional dan studi HI tergenderkan? Bab ini mengeksplorasi pertanyaan ini sebagaimana mereka telah mengalamatkan ranah berbeda dari sarjana feminis didalam dan diluar studi HI.
            Perubahan HI secara garis besar mengubah pola hubungan gender sebagai dinamika gender yang telah mengubah proses global dari militerisasi dan globalisasi ekonomi (Gray, Kittleson and Sandholtz : 2006) pasca pergerakan gelombang kedua feminis, Cynthia Enloe berani menyarankan bahwa “pribadi yang politis” adalah juga “internasional”. Dalam Bananas, beaches, and bases (1989), dia mengekspos bagaimana politik internasional sering melibatkan intimate relationships, identitas personal, dan kehidupan pribadi. Politik informal ini sama sekali kurang transparan daripada perangkat politik resmi dan mereka secara khusus mengabaikan sarjana HI.
            Secara keseluruhan, feminisme dapat dikatakan sebagai perjuangan mensejajarkan posisi pria dan wanita melalui proses emansipasi, terutama terkait dengan kenyataan bahwa talenta dan pengetahuan yang dimiliki wanita sering melampui kapasitas pria. Namun, feminisme ini masih perlu pengembangan lebih jauh lagi dengan konsep yang lebih jelas, yaitu bagaimana cara konkret untuk mensejajarkan posisi dua gender tersebut. Selain itu, dekonstruksi feminis terhadap realis juga cenderung untuk diaplikasikan, khususnya pada entitas negara.
Sumber referensi
diakses tanggal 18-04-2012 jam 08.39.

4.      http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme
5.      Agger, ben, 2003, teori sosial kritis. Yogyakarta : kreasi wacana.
6.      Susilo, rachman k dwi, 2008, tokoh sosiologi modern, yogyakarta : ar-ruzz media.

Hubungan perubahan sosial dengan perubahan budaya

Manusia pada dasarnya memiliki sifat bosan, kebanyakan makhluk hidup akan pergi tidur selama dua belas jam  bila mereka tidak melakukan kegiatan mencari mangsa, makan, minum dll, manusia tidak bisa tidur sebanyak itu. Dengan demikian , barang kali memang benarjika di katakan bahwa kebosanan manusialah  yang merupakan penyebab sebenarnya perubahan sosial.  Tidak satu masyarakat pun yang generasi barunya meniru atau mengambil alih sepenuhnya kebudayaan generasi sebelumnya. Ini di buktikan dengan adanya perubahan bahasa, bahasa inggris telah mengalami perubahan yang begitu besar sehingga banyak mahasiwa kesulitan dalam memahami karya shakespeare dan tidak berdaya sama sekali dalam memahami karya chaucer.  Tidak ada satu un upaya bersejarah dalam yang berhasil menahan perubahan budaya dan menghentikan pengaruh asing dapat berlangsung lama, perubahan sosial dan budaya berlansung terus menerus dan tidak dapat di hentikan. Hanya tinggkat kecepatan dan arahnya sajalah yang berbeda-beda.
            Terdapat pebedaan antara perubahan sosial dengan perubahan budaya, perubahan sosila merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial, sedangkan perubahan budaya mencakup perubahan dalam segi budaya masyarakat.
            Perubahan sosial meliputi perubahan dalam segi distribusi kelompok usia,tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran penduduk, penurunan kadar kekeluargaan, informalitas antar tetangga karena adanya perpindahan orang-orang dari desa ke kota, dan perubahan peran suami sebagai atasan yang kemudian menjadi mitra (patner) istri dalam keluarga demokratis saat ini.
            Perubahan budaya dapat meliputi antara lain penemuan dan penyebaran mobil, penambahan kata-kata baru dalam bahasa kita, perubahan konsep tata susila dan moralitas, bentuk seni baru ( seni musik, tari dll).
            Hampir setiap perubahan besar mencangkup aspek sosial dan budaya, oleh karena itu dalam penggunaan istilah tersebut perbedaan di antara keduanya tidak terlalu di perhatikan, kadang digunakan istilah  perubahan sosial-budaya agar dapat mencakup kedua jenis perubahan tersebut.
Ø  Perubahan sosial adalah perubahanyang terjadi pada unsur-unsur sosial dalam kehidupan masyarakat.
Ø  Perubahan kebudayaan adalahperubahan yang terjadi pada wujud
budaya dan pada unsur-unsur budaya.
            Hubungan keduanya menurut Kingsley Davis bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan dalam kebudayaan,seperti ilmu pengetahuan,kesenian, teknologi,filsafat,dan lain-lain.Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).

            Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960).
            Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Sumber referensi :
1.      Paul b. Horton dan Chester L, Hunt, 1992,sosiologi jilid 2.  jakarta : Erlangga.
2.      James M.henslin, 2002, sosiologi dengan pendekatan membumi jilid 2. Jakarta : Erlangga.
3.      Bab- perubahan-sosial-budaya.pdf
diakses tanggal 18-04-2012 jam 08.39.

7.      http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme
8.      Agger, ben, 2003, teori sosial kritis. Yogyakarta : kreasi wacana.
9.      Susilo, rachman k dwi, 2008, tokoh sosiologi modern, yogyakarta : ar-ruzz media.

kapitalisme di indonesia

ARTI ISTILAH KAPITALISME
Kapital berasal dari kata Latin caput yang berarti “kepala”. Arti ini menjadi jelas, misalnya dalam istilah “pendapatan per kapita” – pendapatan per kepala. Juga masih konsisten, ketika dipakai untuk, misalnya capital city – kota utama. Apa hubungannya dengan “capital” yang lain – yang sering kita terjemahkan sebagai “modal”.  Konon kekayaan penduduk Romawi kuno diukur oleh berapa kepala hewan ternak yang ia miliki.Semakin banyak caput-nya, semakin sejahtera. Tidak mengherankan, jika kemudian mereka “mengumpulkan” sebanyak-banyaknya caput. Sekarang jelas sudah, mengapa kita menterjemahkan capital sebagai “modal”.  Lantas, kita tahu bahwa ism mengacu kepada “paham”, “ideologi”: cara pandang atau cara hidup yang diterima oleh sekelompok luas masyarakat dan karenanya menjadi konvensi. Sebenarnya mudah saja mengartikan “kapitalisme”, setelah kita setuju bahwa “kapital” adalah “modal”. Kapitalisme adalah modal-isme: paham yang berdasarkan modal. Beberapa sumber sering mengatakan bahwa kapitalisme sebagai ideologi harus dibedakan dengan kapitalisme sebagai fenomena. Yang pertama mengacu kepada kepemilikan pribadi atas barang modal dan yang kedua lebih kepada kerangka filosofis yang mendukung sistem tersebut.

12.PENGERTIAN KAPITALISME
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi.
13.SEJARAH KAPITALISME
Robert E. Lerner dalam Western Civilization (1988) menyebutkan bahwa revolusi komersial dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kapitalisme dan merkantilisme. Direduksi kepada pengertian yang sederhana, kapitalisme adalah sebuah sistem produksi, distribusi, dan pertukaran di mana kekayaan yang terakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik pribadi untuk memperoleh keuntungan. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang didisain untuk mendorong ekspansi komersial melewati batas-batas lokal menuju skala nasional dan internasional. Pengusaha kapitalis mempelajari pola-pola perdagangan internasional, di mana pasar berada dan bagamana memanipulasi pasar untuk keuntungan mereka. Penjelasan Robert Learner ini paralel dengan tudingan Karl Marx bahwa imperialisme adalah kepanjangan tangan dari kapitalisme.
Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada abad 18 M dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara. Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak utama kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan "laissez faire"1) dalam ekonomi. Bertentangan sekali dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan negara. Smith berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988).
Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung menjadi birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir individu kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui kebijakan-kebijakan seperti undang-undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial. Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut sebagai "perekonomian campuran" (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial.
14.CIRI-CIRI KAPITALISME
a.         Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu.
b.         Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang bersifat kompetitif.
c.         Modal kapitali (baik uang maupun kekayaan lain) diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba (profit).

15.SEJARAH KAPITALISME DI INDONESIA
“Konsepsi materialis tentang sejarah dimulai dari proposisi bahwa produksi kebutuhan-kebutuhan untuk mendukung kehidupan manusia dan, di samping produksi, pertukaran barang-barang yang diproduksi, merupakan dasar dari semua struktur masyarakat; bahwa dalam setiap masyarakat yang telah muncul dalam sejarah, cara kekayaan didistribusi dan cara masyarakat dibagi ke dalam kelas-kelas atau tatanan-tatanan bergantung pada apa yang diproduksi, bagaimana itu diproduksi, dan bagaimana produk-produk itu dipertukarkan. Dari sudut pandang ini, sebab-sebab akhir dari semua perubahan sosial dan revolusi-revolusi politis mesti dicari, tidak dalam benak-benak manusia, tidak dalam wawasan manusia yang lebih baik akan kebenaran dan keadilan abadi, tetapi di dalam perubahan-perubahan dalam cara-cara produksi dan pertukaran. Itu semua mesti dicari, tidak dalam filsafat tetapi di dalam perekonomian satu epos tertentu.” (Engels, Anti-Duhring)
Sejarah Indonesia dan perubahan-perubahan sosial di dalamnya tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa melihat ke dalam perubahan-perubahan ekonomi yang telah dilaluinya di setiap tahapan. Sejarah Indonesia adalah satu sejarah yang terhubungkan secara dekat dengan perkembangan kapitalisme semenjak kelahirannya di abad ke-16. Oleh karena itu, untuk memahami kapitalisme di Indonesia sekarang ini, kita harus kembali sejauh jaman kolonial Belanda. Secara umum, kita dapat membagi tahapan sejarah Indonesia seperti berikut: koloni Belanda (1600-1945), perjuangan kemerdekaan (1945-1949), Orde Lama (1949-1965), Orde Baru (1965-1998), dan Reformasi 1998 dan sesudahnya (1998-sekarang)
Indonesia dan Kolonialisme Belanda
Sampai awal abad ke-20, tidak ada yang namanya Indonesia seperti dalam pengertian sekarang. Yang ada adalah sekelompok pulau antara sub-benua India dan Australia yang tersatukan secara longgar oleh ikatan kolonialisme Belanda. Kata “Indonesia” pertama kali digunakan sekitar tahun 1850 oleh para peneliti Inggris yang menganjurkan penggunaannya sebagai penamaan geografi, dan bukan sebagai rujukan bangsa-negara. Hanya pada awal tahun 1920an nama Indonesia mendapatkan arti politik. Sebelumnya, seluruh daerah yang mencakup Indonesia masa kini disebut sebagai Hindia Timur Belanda.
Semenjak penjajahan Belanda terhadap Indonesia, nasib Indonesia telah terhubungkan dengan perkembangan kapitalisme dunia. Oleh karena itu kita perlu menggunakan periode ini sebagai titik tolak analisa kita. 350 tahun kekuasaan Belanda atas Indonesia dapat dibagi menjadi tahapan-tahapan ekonomi sebagai berikut:
a)         Periode V.O.C (1600-1800)
b)         Periode “Kekacauan” dan “Ketidakpastian” (1800-1830)
c)         Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) (1830-1870)
d)         Periode Liberal (1870-1900)
e)         Tahun-tahun Etis (1900-1930)
f)         Depresi Hebat (1930-1940)
sumber referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Industri
http://organisasi.org/pengertian_definisi_macam_jenis_dan_penggolongan_industri_di_indonesia_perekonomian_bisnis
http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/06/pengertian-industri.html

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2143292-pengertian-industri/#ixzz1YeS7ldyO
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pengertian-definisi-macam-jenis-dan-penggolongan-indushttp://sakauhendro.wordpress.com/neoliberalisme/pengertian-kapitalisme/
tri-di-indonesia-perekonomian-bisnis/
http://media.isnet.org/islam/Etc/Kapitalisme.html
http://khabarislam.wordpress.com/2009/02/01/dampak-krisis-kapitalisme-amerika-terhadap-perekonomian-indonesia/

Upacara Di Suku Kubu


UPACARA BASUH TANGAN  DADA SAAT KELAHIRAN DAN MASA BAYI
DALAM MASYARAKAT SUKU KUBU
Suku  Kubu adalah salah satu suku minoritas yanga ada di daerah Sumatra khususnya daerah jambi.  Suku Kubu merupakan salah satu suku yang masih memegang teguh tradisi-tradisi nenek moyang mereka.   Ada banyak cerita mengenai asal usul dari Suku kubu diantaranya ,   
             Menurut cerita pada masa lampau mereka adalah keturunan dari saudara termuda yang tidak disunat, sebab di sekitarnya tidak ada alat yang cukup tajam untuk melakukan penyunatan.   Pemuda merasa malu, sehingga dia mengungsi ke hutan dan berpisah dari kelompoknya serta dua saudara laki-lakinya yang sudah disunat.  Menurut mitologi orang Kubu Sumatra tengah mereka memang keturunan dari saudara yang mengungsi ke hutan (Forbes 1884: 124).  
Upacara ini sangat menarik untuk dibuat makalah karena , upacara ini berbeda pada upacara-upacara suku lain dan hanya ditemukan pada suku Kubu. Dan upacara ini memiliki arti yang penting bagi anak yang melakuakan  maupun untuk keluaraga yang melakukan.  Bagi si anak kelak akan menjadi anak yang memiliki sifat rajin, jujur, patuh, teliti dan setia. Sedangkan untuk keluarganya akan mendapatkan berkah dari Sang Hyang berupa hasil berburu yang banyak.   
1. Nama Upacara dan Tahap-tahapnya
            Pada masa bayi dalam masyarakat Suku Kubu ditemukan upacara yang dinamakan basuh tangan.  Upacara ini dilakukan ketika seorang anak sudah berumur empat puluh hari bersamaan saat seorang ibu telah dalam keadaan bersih.  Disamping bersih, seorang ibu dianggap sudah cukup sehat dan telah pulih kesehatanya.
            Kegiatan upacara basuh tangan melalui tahap (1) pengumpulan dan pengasapan peralatan  upacara, dan (2) pengasapan anak dan membasuh tangan.  Biasanya upacara ditutup dengan  makan bersama nasi kunyit serta panggangan ayam yang telah disediakan tuan rumah.
2. Maksud Tujuan Upacara
            Hidup beruntung adalah sesuatu yang di dambakan oleh setiap orang.  Namun yang didambakan itu tidak akan tercapai apa bila Tuhan tidak menghendakinya.  Oleh karena itu manusia harus memohon kepadaNya agar diberi keberuntungan.  Masyarakat Kubu mempercayai bahwa keberuntungan seseorang dapat diperolah selagi masih kecil melalui permohonan dalam upacara.
            Dengan upacara basuh tangan masyarakat suku kubu meminta kepada Sang Hiyang agar anak mereka dikaruniai sifat yang beruntung seperti rajin, kuat, dan gemar bekerja, banyak sahabat dan suka menelong, selalu sahat dan bersih senantiasa dalam kesucian, jujur, patuh, teliti, setia dan berbagai unsur kebaiakan lainya.  Semua keingginan ini disimpulkan dengan berbagai benda upacara antara lain pisau serut, bunga melati,cermin benang segelondong ,dan sebagainya.  Semua benda tesebut dianggap bersifat yang sesuai dengan yang mereka kehendaki.  Disini terlihat adanya komunikasi manusia dengan Tuhanya melalui bahasa isyarat yang mengambil benda-benda alam yang terdapat dalam lingkungan hidup mereka.
3. Waktu Penyelengaraan
            Upacara diadakan pagi hari antara pukul sembilan sampai pukul sepuluh.  Saat itu kediaman sudah sepi dari kaum laki-laki karena mereka umumnya berada di ladang atau melakukan perburuan di hutan serta mencari ikan di sungai-sungai. Kaum wanita yang tetap tinggal di kediaman apabila tidak diajak suaminya berpergian akan turut serta meramaikan upacara basuh tangan ini.
            Kegiatan upacara basuh tangan memang dilakukan oleh pihak wanita.  Ini dapat terjadi karena pada kenyataannya wanitalah yang paling banyak bergaul dengan anaknya semenjak masa bayi sampai sudah besar dan telah dapat ikut berburu bersama laki –laki dewasa.  Seorang yang telah berumur enam atau tujuh tahun sudah beralih tanggung jawab pengasuhannya. Lelaki yang masih sangat muda itu sudah mencemplungkan diri ke dalam kehidupan orang dewasa.  Ia mulai diajari mengamati dan mengalami hidup sukar ketika berburu atau mencari apa saja yang dapat dijadikan bahan makanan di dalam hutan.  Ia sudah diasuh oleh ayah dan orang dewasa lain bagaimana cara terbaik menghalau nupuh dan kancil ke dalam sungai.  Bagaimana teknik yang baik memimpin anjing menggiring bintang buruan.
4. Tempat Penyelengaraan
            Semua kegiatan basuh tangan dilakukan di kediaman berupa pondok kecil yang amat sederhana.  Pondok sederhana ini didirikan dilahan pertanian yang tidak berapa jauh letaknya dari pinggir sungai.
            Pondok kediaman suku Kubu umumnya mengikuti tipe huruf A, pintu berada di pertangahan sisi huruf A tadi bukan pada mukanya.  Dinding terbuat dari kulit kayu kering yang diperoleh kerika menebang pohon waktu membuka lahan pertanian.  Pondok didirikan agak di bagian tengah ladang dekat ke pinggir sungai.
5.  Teknik Penyelengaraan Upacara
            Teknik penyelengaraan upacara dipercayakan kepada seorang dukun yang dahulu telah menolong persalinan.  Ia seorang wanita yang sudah berumur.  Pengetahuan tentang persalinan dan masalah-masalah tentang bayi diterimanya dari dukun yang hidup sebelumnya.  Pengetahuan itu umumnya sama tanpa mengalami perubahan dari satu  generasi ke generasi.
            Untuk melaksanakan upacara basuh tangan ibu dukun mendapatakan bantuan penuh dari tuan rumah.  Semua perlengkapan dipersiapkan semuanya oleh tuan rumah sesuai petunjuk dukun yang akan menyelengarakan upacara basuh tangan ini.
            Tugas seorang dukun cukup berat dan mengandung risiko terlebih-lebih pada pelaksanaan persalinan. Namun dalam menerima upah sebagai imbalan atas pertolongan yang diberikan tidak berlebi-lebihan.  Hal yang demikian dapat terjadi karena rasa kekeluargaan amat besar dalam kehidupan orang kubu.
6. Pihak-pihak yang Terlibat dalam upacara
            Upacara basuh tangan tergolong sederhana dan biayanya tidak telalu banyak , tetapi makna yang didalamya sangat tinggi.  Makan dan  minum dapat diabaikan.  Pihak-pihak yang terlibat pun tidak seberapa.  Umunya terbatas pada kaum wanita saja, sebanyak lima sampai sepuluh orang sudah cukup.  Selain seorang dukun dalam upacara basuh tangan ini, disertai pula seorang pembantu dukun, ibu si anak sendiri, beberapa orang wanita tua seperti ibu kandung dan ibu mertua serta tetangga yang hadir dengan sukarela tanpa diundang.
            Pihak laki-laki separti ayah, suami, dan saudara-saudara, boleh hadir boleh pula tidak.  Mereka Nampak lebih suka tidak hadir.  Mereka lebih suka berpergian misalnya berburu atau pergi menangkap ikan.  Menurut anggapan masyarakat Kubu, bila mereka melakukan perburuan saat ada upacara basuh tangan akan memperoleh hasil yang memuaskan.  Di lain pihak memang upacara membasuh tangan itu tidak tergolong upacara yang besar yang menghendaki keikut sertaan laki-laki.
7. Persiapan dan Perlengakapan Upacara
            Persiapan yang dilakuakan berupa menyediakan perlengakapan kebutuhan yang diperlukan upacara basuh tangan, meliputi: (1) bunga melati untuk diambil airnya,(2) jeruk,(3) kemenyan putih untuk keperluan pengasapan, (4) cermin muka, (5) pisau seraut, (6) nasi kunyit lengkap dengan ayam panggang , (7) kelapa muda diambil airnya, (8) sisir, (9) benang segelondong, (10)kain putih sekabung dan (11) uang untuk menebus seringgit.
            Bunga melati dapat diramu disekitar tempat tinggal orang Kubu dalam hutan.  Jeruk biasanya ditanam disekitar kediaman mereka sehari-hari.  Tumbuhan ini merupakan keperluan sehari-hari yang selalu ada dipekarangan dipelihara orang Kubu baik-baik. Kemenyan dapat ditemukan di dalam rimba.  Biasanya setiap rumah selalu menaruh persediaan kemenyan ini, karena sewaktu-waktu diperluakan dalam berbagai upacara. Pisau seraut, pisau kebil yang melengkung bentuknya, mungkin diperoleh melalui perkenalan dengan penduduk luar di desa-desa.  Orang kubu belum mampu menyediakan tenaga tukang yang mengolah alat senjata besi.  Benda-benda seperti cemin, sisir , kain putih, dan benang, yang mereka punya berkat kontak dengan penduduk luar yang mereka temui saat menjual barang dagangan.
8. Jalannya Upacara Menurut Tahap-tahapnya
            Perlengakapan upacara sudah dipersiapkan ditata sedemikian rupa didalam sebuah dulang atau nampan yang terbuat dari kayu.  Bila dukun telah tiba perlengkapan tersebut diberi pengasapan kemenyan, yang berarti pula upacara segera dimulai.  Ibu dukun memerintahkan agar kelapa yang sudah tersedia di belah dan airnya ditampung dalam sebuah baskom.  Air kelapa itu dicampur dengan bunga melati yang sudah diasapi.  Di samping diberi pengasapan juga sang dukun membaca mantera atau doa yang ditujukan kapada Sang Hiyang.
            Kegiatan tahap berikutnya ialah menerima anak dari ibunya karena akan dilakuan pengasapan dan basuh tangan.  Setelah dilakukan pengasapan anak tadi di baringkan diatas kaki ibu dukun yang duduk melunjur.  Kepala anak barada di ujung kaki ibu dukun.  Dengan demikian ia leluasa melihat muka bayi dan mudah memegangi tangan dan kaki sang bayi.  Kedua tangan bayi lalu dibasuh dengan air kelapa yang sudah bercampur dengan bunga melati.  Air kelapa itu juga diurapkan ke seluruh tubuh dan di basuhkan ke kedua kaki bayi.  Setelah itu tubuh bayi digoyang-goyang diudara sehingga air mengering dari badanya.  Anak yang sudah menjalani upacara basuh tangan tadi oleh ibu dukun didudukkan   diatas pahanya dipandangi ibu dan semua wanita yang hadir.  Beberapa orang mencoba mencubiti pipi anak kecil itu sebagai rasa gembira penuh kasih sayang. Sesudah itu anak tadi diserahkan kepada ibunya untuk disusui.
9. Pantangan-pantangan yang Harus Dihindari
            Pada upacara basuh tangan tidak dikenal sesuatu pantangan yang berarti.  Namun ada yang menarik perhatian ialah permintaan dukun supaya kelapa yang diambil dan batangnya tidak boleh dijatuhkan.  Konon , supaya anak tidak mempunyai sifat perajuk.
            Larangan ini semata-mata untuk menjaga kelapa tidak pecah, mengingat buah yang diambil ialah yang masih muda.  Kalau sampai pecah tentu airnya  akan tercurah ke tanah sehingga maksud semula untuk mendapatkan airnya menjadi sia-sia saja.
10. Lambang-lambang atau Makna yang Terkandung dalam Unsur-unsur Upacara
            Benda-benda atau setiap perangakat upacara mempunyai lambang atau makna tertentu sebagai perwujudan kehendak luhur masyarakat Kubu terhadap Yang Mahakuasa. Benda-benda tadi pernyataan ketegasan dari semua harapan mereka disamping disalurkan melalui doa atau mantera-mantera.
            Masyarakat Kubu mempercayai bahwa manusia akan diberi keuntungan sesuai dengan benda-benda yang disediakan dalam upacara, seperti bunga melati, cermin, pisau seraut, sisir, benang dan kain putih.  Bunga melati melambangkan kesucian, sebagaimana halnya juga yang terdapat dalam anggapan kebanyakan suku bangsa di indonesia. Cermin pelambang agar anak kelak dalam kebisaan hidup sehari-hari selalu mengenal dirinya. Ia diharapkan tidak terburu menyalahkan orang lain.  Pisau seraut perlambangakan harapan agar anak suka bekerja diladang kalau laki-laki, atau dapur kalu ia perempuan.  Benang perlambang harapan agar seseorang anak (wanita) dapat memanfaatkan waktu terluangnya dengan merajut atau menyulam pakaian.  Ia diharapkan pula supaya tahu diri agar dapat merawat pakaian suami dan anak-anaknya kelak kalau sudah berkeluarga.  Sisir perlambanga agar anak dapat mempertahankan kerapian diri dalam setiap waktu dan situasi, baik dia laki-laki atau perempuan.  Kain putih dan uang seringgit perlambang kesucian hati tuan rumah tehadap dukun selama telah melaksanakan tugasnya.  Oleh sebab itu kain dan uang tadi harus diberikan kepada sang dukun saat ia telah selesai melakukan tugas.  Nasi kunyit serta panggan ayam lambang pengorbanan terhadap Yang Mahakuasa, kendatipun akhirnya akan mereka makan juga pada akhirnya.
            Perlengkapan yang selalu ada ialah perasapan kemenyan.  Perasapan kemenyan lambang perantara meneruskan doa kepada Sang Hiyang atau yang Mahakuasa. Asap yang membumbung ke udara  dan kemudian hilang lenyap sesuatu yang dipandang gaib dan keramat oleh Suku Kubu.  Boleh jadi dipandang sebagai barang atau benda yang mewujudkan diri sebagai Yang Mahakuasa.  Yang pasti sistem perasapan ini menunjukan adanya sisa-sisa pengaruh hindu dalam masyarakat kubu.      

Sumber:
Kahar,thabran,1985,Upacaratradisional Daerah Jambi. Jakarta:DepartemenPendidikandanKebudayaan.