Powered By Blogger

Kamis, 20 Desember 2012

cara penanggulanganya


CARA PENANGGULANGANYA

Tindakan Preventif Islam
            Sebagai agama paripurna, Islam telah memberikan solusi preventif menangkal terjadinya penyimpangan perilaku seksual. Islam menetapkan terpisahnya tempat tidur anak laki-laki dan anak perempuan sejak usia tujuh tahun. Syariat Islam juga menetapkan bahwa jama’ah laki-laki dan perempuan dalam kehidupan umum adalah terpisah, kecuali dalam hal muamalat.
            Selain solusi preventif, Islam juga memberikan hukuman yang tegas terhadap kelainan seksual ini. Pelaku praktik homoseks diganjar dengan hukuman mati. Hukuman inipun bukan dilaksanakan oleh individu, tetapi negara yang menetapkan (al-Maliki, 2002 : 54). Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut.” (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki).
            Dengan lingkungan kondusif, penyimpangan perilaku homoseksual tak akan tumbuh dengan subur. Apalagi negara benar-benar menjaga penduduknya dari perilaku ‘sakit’ tersebut. Homoseksual bukanlah alami diciptakan Tuhan, melainkan penyimpangan perilaku akibat pengaruh berbagai faktor lingkungan. Sekali lagi, asalkan mau, kalangan LGBT dapat kembali normal, menjadi laki-laki atau perempuan.  
Cara menanggulangi masalah homoseksual
a) homoseksual itu penyakit dan dapat diobati. Dengan kemauan yang kuat dari penderita plus terapi yang tepat insyaallah akan sembuh.

(b) Homoseksual bukanlah alternatif preferensi seksual seperti yang dikatakan orang Barat. Dalam Islam, itu kejahatan (baca, dosa besar) yang harus dijauhi.

(c) Dosa besar itu berlaku apabila terjadi hubungan seksual sejenis yang dalam istilah fiqih disebut liwath (anal sex). Namun, belum berdosa kalau masih dalam angan-angan. Sama dengan dosanya zina apabila terjadi perbuatan zina, namun tidak dosa apabila hanya sebatas berangan-angan akan atau ingin berzina.

(d) Datanglah pada kyai atau ustadz untuk meminta doa-doa agar dikuatkan iman dan dapat mengurangi keinginan pada sesama jenis.

(e) Jauhi lingkungan kaum gay/homo. Juga jauhi bacaan, video yang berkaitan dengan dunia homo.

(f) Banyak berinteraksi dengan masyarakat yang normal dan aktivitias keagamaan.
CIRI-CIRI GAY
1. Ciri-ciri seorang Gay
a) Sebagian besar para gay secara phisik merupakan sosok - sosok pria dengan ketampanan diatas rata - rata pria pada umumnya, bahkan tampilan cendrung macho dan gagah.

b) Sebagian besar gay menandai dirinya dengan tindik pada bagian kuping “biasanya” yang sebelah kanan, namun sebagian lagi bahkan ada yang menindik kedua bagian kupingnya, oleh karena itu baiknya bagi pria yang berniat untuk melakukan tindik sebaiknya dipertimbangkan kembali agar jangan sampai salah memberikan simbol.
c) Sebagian dari mereka cendrung menyukai memakai perhiasan seperti kalung (biasanya kalung emas baik kuning maupun emas putih) layaknya seorang lelaki metrosexual.
d) Sebagian besar gay, secara sifat adalah jenis lelaki yang sopan santun, terkesan sangat rapi namun tetap menampilkan kesan feminisme dalam gerak-geriknya, tapi sebagian lagi sangat tidak kentara ketika berinteraksi.
e)Sebagian besar gay, termasuk jenis pria-pria yang sensitif dan dalam kehidupan sehari-hari cukup supel dalam pergaulan, namun mereka sangat perfeksionis dalam bidangnya.
f)Sebagian besar pria gay biasanya berkarier dibidang-bidang seperti artis, penyanyi, desainer, penata rambut bahkan para model, namun secara garis besarnya mereka pada umumnya bergiat dibidang yang membutuhkan detil dengan perasaaan dengan tingkat perfeksionisme yang tinggi.

#2. Ciri-ciri seorang Waria dan bedanya dengan seorang pria gay
a) Dari sudut penampilan hampir semua waria cenderung bergaya layaknya seorang wanita baik dari sisi pakaian maupun aksesoris serta pernak - pernik yang dikenakannya, penampilan inilah perbedaan yang paling mencolok antara seorang waria dengan seorang pria gay.
b)Sebagian besar waria tidak hanya dari segi penampilannya saja yang meniru secara pakem seorang wanita, bahkan banyak dari mereka yang sangat obsesif merubah secara paten organ-organ tubuhnya menyerupai seorang wanita. Lihat saja berapa banyak waria yang operasi payudara bahkan kelaminnya untuk merubah diri menjadi seorang wanita sejati, sedang para pria gay cenderung tetap mempertahankan kondisi phisiknya.
c) Gerak-gerik dan intonasi dialeknya ketika berkomunikasi pun sangat kentara walau terdengar aneh dan menggelikan dengan getaran volume antara wanita dan pria. Sedang para pria gay mampu agak menyamarkan intonasi ini walaupun secara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang jeli melihat dan mendengarkan intonasinya.

d) Sebagian para waria, cendrung lebih sensitif dan posesif dari para wanita pada umumnya. Sehingga banyak kasus para waria bahkan rela membunuh pasangan warianya yang ketahuan berselingkuh.
e) Sebagian besar waria berkarier dibidang hiburan, penata rambut, perias, penata artistik bahkan sebagian lagi jika malam hari ada yang bergiat dibidang jasa layanan seks bagi pria-pria gay yang tidak memiliki pasangan tetap. Ini salah satu yang membedakan gay dengan waria karena biasanya gay lebih memilih menjalin hubungan tetap dengan sejenisnya.
Topik berikutnya pencegahan dan antisipasi agar fenomena yang kurang baik ini tidak menjangkiti kita dan keluarga, ada baiknya kita mencoba antisipasi secara dini dengan cara melakukan beberapa tindakan preventif agar wabah yang mulai akut  ini bisa kita jauhkan dari anak-anak dan cucu-cucu kita kelak, nah ini beberapa hal menurut opini saya yang bisa kita lakukan :
#1.Perhatikan dan jauhkan anak dari situasi yang berpotensi menjadi korban pelecehan oleh para pria gay atau waria, karena ini merupakan penyebab utama terjadinya perilaku melenceng ini dikemudian hari. Caranya dengan tidak membiarkan anak-anak berinteraksi terlalu dekat dengan waria atau pria yang kita curigai seorang gay.
#2.Kenali secara dini perilaku seks yang melenceng ini, karena bisa saja mereka adalah para tetangga, kenalan, ataupun orang-orang yang berinteraksi sesekali dengan kita. Dan jika kita merasa yang bersangkutan ternyata termasuk kedua golongan ini, cobalah membatasi hubungan “hanya” sekedarnya saja, bukan berarti kita harus menjauhinya secara ekstrem tapi lebih baik tidak berhubungan secara intens sebab membatasi diri dari lebih baik dari pada akhirnya kita atau orang sekitar kita terbawa fenomena ini.
#3.Sedari dini ajarkan pendidikan sex baik langsung maupun tidak kepada anak-anak kita, bahwa orientasi seks yang benar itu adalah antara seorang lelaki dengan perempuan dan bukan dengan sejenis, Caranya :
a)usahakan memperlihatkan kemesraan sederhana seorang suami/ayah kepada istrinya didepan anak-anak, seperti mencium dan merayu serta berinteraksi dengan tujuan memberi contoh bagaimana “wajarnya” seorang lelaki memperlakukan seorang wanita.
b)gambarkan dan contohkan kejijikan seorang ayah ketika hendak mencium anak lelakinya, atau ketika hendak mandi bareng dengan anak lelakinya secara eksplisit bahwa hal itu tabu dan menjijikkan jika dilakukan bersama teman yang sejenis.
c)usahakan agar anak dalam interaksi kesehariannya tidak hanya terfokus berinteraksi pada lawan jenisnya semata, contoh : anak lelaki yang sedari kecil hanya berteman dengan segerombolan anak perempuan bertahun-tahun bisa menyebabkan campuran perilaku yang kurang berimbang, oleh karean itu usahakan anak berinteraksi secara seimbang dengan dengan lawan jenis maupun teman-temannya yang sejenis.
SUMBER REVERENSI


teori yang relevan meneganai homo seksual

TEORI YANG RELEVAAN
a)       Teori labeling
          Menurut Edwin M.Lemeret , seorang yang menjadi penyimpang karena proses labelling yang di berikan masyarakat kepadanya.  Proses labelling dilakukan dengan memberikan julukan cap, atau stigma (biasanya negatif) kepada seseorang,  sebagai tanggapan terhadap julukan cap atau stigma tersebut, pelaku kemudian mengidentifikasi dirinya sebagai penyimpangan yang mengulang lagi tindakanya.  Pelaku akhirnya menganut suatu gaya hidup menyimpang dan penyimpangan tersebut menjadi suatu kebiasaan.
b)      Struktural fungsional
          Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi analisa substantif Spencer dan penggerak analisa fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana didalamnya terdapat bagian bagian yang dibedakan.
          Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem.  Dalam hal ini adanya suatu sistem pengendalian sosial berupa norma dan aturan-aturan yang tidak berjalan sesuai fungsinya sehingga akan merusak keseimbangan sistem yaitu adanya penyimpang berupa homoseksual yang terjadi karena kurang berfungsinya sistem pengendalian sosial

MASALAH SOSIAL BUDAYA HOMOSEKSUAL

MASALAH SOSIAL BUDAYA
HOMOSEKSUAL
latar belakang terjadinya homoseksual
            Homoseksual (liwath) merupakan perbuatan asusila yang sangat terkutuk danmenunjukkan pelakunya seorang yang mengalami penyimpangan psikologis dan tidak normal. Berbicara tentang homoseksual di negara-negara maju, maka kondisinya sudahsangat memprihatinkan. Di negara-negara tersebut kegiatannya sudah dilegalkan. Yanglebih menyedihkan lagi, bahwa 'virus' ini ternyata juga telah mewabah di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
            Psikiater Prof. Dr. Dadang Hawari menyatakan, munculnya penyimpangan seksual ini tidak terjadi secara alamiah begitu saja, tapi ini masalah psikologi (kejiwaan) yang terjadi karena lingkungan yang rusak. Seseorang yang melakukan penyimpangan ini, kemungkinannya ada dua, pertama seseorang mengalami kelainan ini karena trauma masa lalu, misalnya ia pernah jadi korban (maaf) sodomi sehingga ia ingin membalas dendam kepada orang lain atas apa yang terjadi padanya. Makanya seringkali kelainan seksual ini dianggap sebagai ‘penyakit menular’ dimana ketika seseorang menjadi korban biasanya ia berupaya untuk balas dendam dengan melakukan hal yang sama dan seterusnya. Kedua, kelainan seksual terjadi karena kebosanan terhadap lawan jenis atau karena ia hidup secara terus menerus dilingkungan lawan jenisnya.
            Ada fakta yang harus diketahui dan dilihat secara obyektif oleh kalangan homoseksual. Beberapa waktu yang lalu, seorang waria yang pernah menyabet gelar Miss Waria, tersadar dan kembali pada kodratnya menjadi laki-laki. Jika ada kemauan yang kuat pada diri sendiri, maka waria ataupun kalangan homoseksual dapat mengubah perilaku “sakit”nya, ujar mantan waria tersebut.
Jadi jika homoseksual adalah sesuatu yang alami dan diciptakan oleh Tuhan, maka mantan Miss Waria tersebut tentu tak akan dapat kembali menjadi laki-laki normal. Masalahnya adalah kaum homoseks ini mau atau tidak.
            Timbulnya sifat homoseksual pada diri seseorang dapat disebabkan bermacam-macam faktor, seperti kekurangan hormon laki-laki selama masa pertumbuhan, mendapatkan pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya, memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan atau tidak menyenangkan, atau karena dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang didominasi oleh ibu sedangkan ayah lemah atau bahkan tidak ada (Widayani 2006: 16).
            Secara sederhana homoseksual dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang kuat akan daya tarik erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang sama.

            Homoseksual dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Dari faktor internal, homoseksual disebabkan karena kelainan pada hormon yang diproduksi oleh tubuh. Sehingga dapat menyebabkan kemunculan ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. Selain itu, secara internal homoseksual juga dapat dipengaruhi karena kondisi kejiwaan penderita yang kurang stabil. Hal ini bisa disebabkan karena gejolak batin karena mengalami kegagalan cinta dengan kawan jenis, sehingga ia beralih dan ingin mencoba melakukan hubungan dengan sesama jenis.

            Sedangkan dari faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan dan hubungan dengan keluarga. Kondisi keluarga yang kurang harmonis dan kurangnya perhatian sosok ayah terhadap anak laki-lakinya dapat membuat melakukan penyimpangan seksual. Asuhan yang salah dan kurangnya nilai religiusitas dapat pula menyebabkan seseorang terlibat dalam kondisi homoseksual. Asuhan yang salah bisa direpresentasikan dalam tipikal orang tua yang kurang seimbang. Misalnya penderita homoseksual sejak kecil kurang mendapat kasih sayang dari seorang ayah dan lebih dominan dengan ibu dari pada ayah.

            Faktor eksternal lain selain pengaruh keadaan dalam keluarga, juga bisa disebabkan karena adanya pengaruh pergaulan. Misalnya seorang anak laki-laki ketika menonton film porno dengan temannya akan mencari alat untuk memuaskan hasrat birahinya. Ketika terhambat oleh keadaan, mereka akan saling memuaskan satu sama lain. Lama-kelamaan hal ini akan menimbulkan ketertarikan dan rasa saling membutuhkan satu sama lain.