Powered By Blogger

Selasa, 18 Desember 2012

PERBEDAAN INDIVIDU



Mendeskripsikan penerapan konsep perbedaan individu
dilihat dari 4 sudut pandang dalam proses pendidikan
1.            Perbedaan jenis kelamin dan gender
Sebelum menjelaskan penerapan konsep perbedaan individu dalam perbedaan jenis kelamin dan gender kita terlebih mengetahui perbedaan jenis kelamin dan gender,  jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, sedangkan gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan , berupa perbedaan yang di bangun secara sosial budaya.  Perbadaan jenis kelamin mempengararuhi pendidikan hal ini dapat dilihat dalam penilaian dalam mata pelajaran olahraga, secara fisik laki-laki lebih kuat di bandingkan perempuan, dalam penilaian praktik olahraga harus guru membedakan penilainya terhadap siswa laki-laki dan perempuan, misalnya sewaktu penilaian lompat jauh harus di bedakan antara laki-laki dan perempuan, penilainya terhadap siswa laki-laki dan perempuan, misalnya sewaktu penilaian lompat jauh harus di bedakan antara laki-laki dan perempuan,  ketimpangan  gender dalam pendidikan diluar sekolah menghasilkan perbedaan yang menggangu untuk kedua gender, menghalangi usaha anak laki-laki dan perempuan untuk menemukan jati diri mereka , dan mengangu persiapan mereka untuk masa depan.   Prestasi akademik tidak dapat dijelaskan melalui perbedaan biologis, factor sosial kulturlah yang merupakan alasan utama yang menyebabkan terdapat perbedaan gender dalam prestasi akademik.  Factor –faktor tersebut meliputi familiaritas siswa dengan mata pelajaran , perubahan aspirasi pekerjaan, persepsi terhadap mata pelajaran khusus  yang dianggap tipikal gender tertentu, gaya penampilan laki-laki dan perempuan , serta harapan guru.  Sebagian guru memperlakukan laki-laki dan perempuan secara berbeda, meskipun pada umumnya perempuan memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan laki-laki di sekolah dasar, perempuan sering kehilangan prestasi di sekolah menengah, khususnya dalam mata pelajaran matematika dan sains, padahal penelitian pada kemampuan kognitif laki-laki dan perempuan sejak lahir sampai dewasa, tidak ada yang menemukan bahwa laki-laki memiliki memiliki bakat intrinsik yang lebih besar  dalam metematika dan sains. Hal ini tidak terlepas dari adanya stereotip gender yang ada, yaitu anak laki-laki didorong untuk mencapai prestasi, sementara anak perempuan didorong untuk aktifitas mengasuh. Perbedaan yang Nampak dalam interaksi guru-siswa (sadkers dalam Elliott  1999 )menemukan bahwa siswa laki-laki menerima lebih banyak komentar, khususnya lebih banyak pujian, kritikan remidisasi, guru lebih banyak beratanya kepada anak  laki-laki di bandingkan anak perempuan, serta menunggu lebih lama untuk menjawabnya. Perbedaan  anak laki-laki dan perempuan lebih disebabkan oleh perlakuan dari lingkungan mereka, dalam hal ini orang tua maupun guru di sekolah.  Oleh karena itu guru seharusnya member kesempatan yang sama kepada siswa laki-laki maupun perempuan dalam berbagai aktivitas  pembelajaran. Siswa perempuan perlu di dorong untuk lebih aktif dalam pelajaran-pelajaran  yang selama ini di anggap pelajaran laki-laki, seperti pelajaran matematika dan sains. Jika selama ini siswa perempuan terlihat kuarang aktif dalam dikusi di kelas, maka guru juga perlu untuk memberikan dukungan yang memadai agar mereka memiliki kepercayaan diri untuk menyampaikan pendapat. Dengan demikian pada akhirnya tidak ada lagi perbedaan perlakuan yang disebabkan karena jenis kelamin yang dimiliki siswa. Selanjutnya siswa akan belajar dan berprestasi sesuai dengan potensi masing-masing, terlepas dari ia dilahirkan sebagai perempuan atau laki-laki.   
2.            Perbedaan kemampuan
            Kemampuan  sering diartikan  secara sederhana sebagai kecerdasan. Para peneliti tentang perbadaan individu dalam belajar mengasumsikan bahwa kecerdasan adalah kemampuan dalam belajar.  Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas . kemampuan juga meliputi kapasitas individu  untuk  memahami tugas, dan untuk ,menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas-tugas belajar.  Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari berbedaan skor yang dihasilkan dari tes kecerdasan. Pengukuran kecerdasan manusia mengikuti suatu distribusi normal.  Seseorang yang memiliki skor tes kecerdasan diatas 130 biasa di sebut gifted.  Anak-anak gifted berasal dari  anak-anak professional, bahwa anak-anak gifted lebih banyak dating dari kelas social ekonomi tinggi.  Beberapa dari anak dari kelompok gifted tersebut terlibat dari perkara kriminal, droup out dari sekolah lebih dini atau gagal dalam beberapa pelajaran. Mereka kurang sukses karena secara emosional kurang matang atau kurang motivasi  di bandingkan yang lain. Anak-anak gited kemungkinan memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan serius di sekolah. Mereka mungkin sangat bosan sebayanya dan pengetahuannya mungkin melebihi apa yang di sampaikan oleh guru. Guru mungkin melihatnya sebagai tidak sopan atau cari perhatian. Dia menjadi bermasalah berada di kelas yang di rancang untuk anak-anak “rata-rata”, selain itu juga mengalami kesulitan dalam belajar. Anak –anak gifted perlu mendapat perhatian. Pendidikan yang direncanakan harus sesuai dengan kebutuhan mereka. Yaitu memusatka pada kekuatan, minat, dan kapasitas intelektual mereka yang superior.  Bagi mereka yang kesulitan dalam belajar perlu mengunakan stategi kompesensi.
            Anak terbelakang yaitu mereka yang memiliki IQ di bawah 70. Anak-anak  terbelakng memerlukan pendidikan khusus yang sesuai dengan drajat  keterbelakangannya, misalnya pendidikan luar biasa bagi anak tergolong mild retardation dan moderat. Tujuan dari sekolah luar biasa tidak berbeda denagan tujuan sekolah anak-anak normal, yakni melatih  belajar membaca dan berhitung  disertai dengan mengembangkan keterampilan social anak, keterampilan tangan sesuai dengan bakat anak dan latihan tanggung jawab dalam masyarakat.
3.            Perbedaan kepribadian
            Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berfikir yang khas ,yang menyesuaikan diri seseorang terhadap lingkunganya. (atkinston,dkk,1996). Definisi tersebut menyiratkan adanya konsistensi perilaku bahwa orang cenderunguntuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Kepribadian tesebut menyiratkan karakteristik yang membedakan satu individu denang individu yang lain. Oleh karena itu guru harus mengetahui dan memahami kepribadian ndividu siswanya, sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat perjalan secara optimal, untuk itu guru harus mengetahui beberapa model kepribadian dianaranya adalah :
a.    Extroversion, orang tipe ini menikmati keberadaanya bersama orang lain,penuh energi, serta mengalami emosi positif. Mereka cenderung antusias, dalam kelompok mereka suka berbicara, menegaskan diri mereka sendiri, dan menunjukan perhatian pada dii sendiri.
b.    Agreebleness merefleksikan perbedaan individu yang berhubungan kerjasama dan harmoni sosial. Mereka penuh perhatian, bersahabat, demawan, suka menolong dan mau menyesuaikan keinginan dengan orang lain.  Selain itu individu yang disageeabel menempatkan keinginannya di atas orang lain. Kadang-kadang keraguan mereka terhadap orang lain menyebabkan mereka menjadi mudah curiga, tidak bersahabat dan kurang kooperatif. Disegreabel dapat menjadi ilmuan, kritikus atau tentara yang baik.
c.    Conscientiousness, berkaitan dengan cara kita mengatur, mengontrol dam memerintah imlus. Implus itu tidak selalu jelek, kadang-kadang waktu menghambat pertimbangan dalam pengambilan keputusan, dan tindakan pada implus pertama dapat merupakan respon yang efektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa conscientiousnessn berhubungan dengan disiplim kerja, berminat terhadap pelajaran, berkonsentrasi, serta memandang belajar sebagai suatu yang mudah, siswa ini menggunakan pendekatan strategis yang bagus dalam pengorganisasian pekerjaan mereka, dapat mengatur waktu, serta belajar keras. Mereka juga memiliki tujuan jelas dalam belajar.mereka memiliki motivasi intrinsik dan sikap belajary ang baik.
d.   Neoroticim, menunjukan pada kecenderungan untuk mengalami emosi negative kusus seperti cemas, marah, atau depresi tetapi mungkin mengalami beberapa emosi tersebut. Siswa tipe ini berkonsentrasi terhadap apa yang diingatnya tanpa memperhatikan arti atau memahami materi. Mereka hanya mengerjakan ujian namun tidak berminat pada pelajaranya itu sendiri.  
e.      opennes to experience, di deskripsikan sebagai dimensi kepribadian yang membedakan orang yang kreati dan imajinatif dengan orang yang sederhana dan konversional. Orang  yang terbuka adalah orang yang secara intelektual selalu inggin tahu, memiliki apresiasi terhadap seni, serta sensitiv terhadap  kecantiakan. Siswa dengan pendekatan mendalam ingin menemukan arti yang dalam dari suatu teks. Mereka kritis logis dan menhubunglan apa yang mereka pelajari dengan pengetahuan mereka.
4.            Perbedaan gaya belajar
            Belajar merupakan proses internal yang di ukur melalui perilaku.  Adanya perbedaan kognitif, akfektif, maupun psikomotorik diantara para siswa mempengaruhi pilihan belajar mereka yang muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru, serta proses penyimpanan informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain.
            Keefe (19880 menyatakan behwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar anak yang disukai. Siswa akan memperoleh informasi dalam satu cara yang dirasakan tidak nyaman baginya. Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara berbeda. Oleh karena itu jika gaya mengajar guru tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka, maka belajar tidak akan terjadi. Ketika guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, guru sama dengan memberitahu pada siswa bahwa dia mengetahui mereka adalah individu yang mungkin belajar dengan cara berbeda dengan siswa lain.
Menurut Bernice mccarthy (1980) mengidentifikasi 4 macam gaya belajar yaitu :
a.         Mengalami (merasakan dan mereflesikan )- innovative learner, orang dengan tipe ini memilih berbicara mengenai pengalaman dan perasaan mereka, bertanya atau bekerja dalam kelompok. Mereka menyukai belajar masalah masalah yang berhubungan kehidupan nyata, diasuh oleh guru, diberi atas pertanyaan “mengapa”
b.         Mengkonseptualisasikan (mereflesikan dan memikirkan) orang tipe ini berorientasi pada pengetahuan, konseptual dan keteraturan. Mereka memilih belajar melalui ceramah-ceramah,bekerja secara mandiri, serta mendiskusikan ide-ide.
c.         Mengaplisasikan orang dengan tipe belajar ini suka memecahkan masalah secara aktif, belajar melalui pencarian, sentuhan, manipulasi, membentuk dan tugas-tugas special.
d.        Membentuk  (membentuk dan melakukan) orang dengan tipe belajar ini memilih belajar dengan menemukan sendiri, mancari pengetahuan dengan trial and eror, dan bekerja secara mandiri.
 Sumber :Buku psikologi pendidikan


1 komentar:

  1. kak mau tanya?
    adakah referensi untuk indikator pemilihan gaya belajar 4mat system bernice mccarthy?

    BalasHapus