Mendeskripsikan
penerapan konsep perbedaan individu
dilihat
dari 4 sudut pandang dalam proses pendidikan
1.
Perbedaan jenis kelamin dan gender
Sebelum
menjelaskan penerapan konsep perbedaan individu dalam perbedaan jenis kelamin
dan gender kita terlebih mengetahui perbedaan jenis kelamin dan gender, jenis kelamin menunjuk pada perbedaan
biologis antara laki-laki dan perempuan, sedangkan gender merupakan aspek
psikososial dari laki-laki dan perempuan , berupa perbedaan yang di bangun
secara sosial budaya. Perbadaan jenis
kelamin mempengararuhi pendidikan hal ini dapat dilihat dalam penilaian dalam
mata pelajaran olahraga, secara fisik laki-laki lebih kuat di bandingkan
perempuan, dalam penilaian praktik olahraga harus guru membedakan penilainya
terhadap siswa laki-laki dan perempuan, misalnya sewaktu penilaian lompat jauh
harus di bedakan antara laki-laki dan perempuan, penilainya terhadap siswa
laki-laki dan perempuan, misalnya sewaktu penilaian lompat jauh harus di
bedakan antara laki-laki dan perempuan,
ketimpangan gender dalam
pendidikan diluar sekolah menghasilkan perbedaan yang menggangu untuk kedua gender,
menghalangi usaha anak laki-laki dan perempuan untuk menemukan jati diri mereka
, dan mengangu persiapan mereka untuk masa depan. Prestasi akademik tidak dapat dijelaskan
melalui perbedaan biologis, factor sosial kulturlah yang merupakan alasan utama
yang menyebabkan terdapat perbedaan gender dalam prestasi akademik. Factor –faktor tersebut meliputi familiaritas
siswa dengan mata pelajaran , perubahan aspirasi pekerjaan, persepsi terhadap
mata pelajaran khusus yang dianggap
tipikal gender tertentu, gaya penampilan laki-laki dan perempuan , serta
harapan guru. Sebagian guru memperlakukan
laki-laki dan perempuan secara berbeda, meskipun pada umumnya perempuan
memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan laki-laki di sekolah dasar,
perempuan sering kehilangan prestasi di sekolah menengah, khususnya dalam mata
pelajaran matematika dan sains, padahal penelitian pada kemampuan kognitif
laki-laki dan perempuan sejak lahir sampai dewasa, tidak ada yang menemukan
bahwa laki-laki memiliki memiliki bakat intrinsik yang lebih besar dalam metematika dan sains. Hal ini tidak
terlepas dari adanya stereotip gender yang ada, yaitu anak laki-laki didorong
untuk mencapai prestasi, sementara anak perempuan didorong untuk aktifitas
mengasuh. Perbedaan yang Nampak dalam interaksi guru-siswa (sadkers dalam
Elliott 1999 )menemukan bahwa siswa laki-laki
menerima lebih banyak komentar, khususnya lebih banyak pujian, kritikan
remidisasi, guru lebih banyak beratanya kepada anak laki-laki di bandingkan anak perempuan, serta
menunggu lebih lama untuk menjawabnya. Perbedaan anak laki-laki dan perempuan lebih disebabkan
oleh perlakuan dari lingkungan mereka, dalam hal ini orang tua maupun guru di
sekolah. Oleh karena itu guru seharusnya
member kesempatan yang sama kepada siswa laki-laki maupun perempuan dalam berbagai
aktivitas pembelajaran. Siswa perempuan
perlu di dorong untuk lebih aktif dalam pelajaran-pelajaran yang selama ini di anggap pelajaran
laki-laki, seperti pelajaran matematika dan sains. Jika selama ini siswa
perempuan terlihat kuarang aktif dalam dikusi di kelas, maka guru juga perlu
untuk memberikan dukungan yang memadai agar mereka memiliki kepercayaan diri
untuk menyampaikan pendapat. Dengan demikian pada akhirnya tidak ada lagi
perbedaan perlakuan yang disebabkan karena jenis kelamin yang dimiliki siswa.
Selanjutnya siswa akan belajar dan berprestasi sesuai dengan potensi
masing-masing, terlepas dari ia dilahirkan sebagai perempuan atau
laki-laki.
2.
Perbedaan kemampuan
Kemampuan sering diartikan secara sederhana sebagai kecerdasan. Para
peneliti tentang perbadaan individu dalam belajar mengasumsikan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan dalam belajar.
Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu dalam
berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas . kemampuan
juga meliputi kapasitas individu
untuk memahami tugas, dan untuk
,menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok, serta prestasi individu dalam
sebagian besar tugas-tugas belajar.
Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari berbedaan skor yang dihasilkan
dari tes kecerdasan. Pengukuran kecerdasan manusia mengikuti suatu distribusi
normal. Seseorang yang memiliki skor tes
kecerdasan diatas 130 biasa di sebut gifted.
Anak-anak gifted berasal dari
anak-anak professional, bahwa anak-anak gifted lebih banyak dating dari
kelas social ekonomi tinggi. Beberapa
dari anak dari kelompok gifted tersebut terlibat dari perkara kriminal, droup
out dari sekolah lebih dini atau gagal dalam beberapa pelajaran. Mereka kurang
sukses karena secara emosional kurang matang atau kurang motivasi di bandingkan yang lain. Anak-anak gited
kemungkinan memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan serius di sekolah.
Mereka mungkin sangat bosan sebayanya dan pengetahuannya mungkin melebihi apa
yang di sampaikan oleh guru. Guru mungkin melihatnya sebagai tidak sopan atau
cari perhatian. Dia menjadi bermasalah berada di kelas yang di rancang untuk
anak-anak “rata-rata”, selain itu juga mengalami kesulitan dalam belajar. Anak
–anak gifted perlu mendapat perhatian. Pendidikan yang direncanakan harus
sesuai dengan kebutuhan mereka. Yaitu memusatka pada kekuatan, minat, dan
kapasitas intelektual mereka yang superior.
Bagi mereka yang kesulitan dalam belajar perlu mengunakan stategi
kompesensi.
Anak
terbelakang yaitu mereka yang memiliki IQ di bawah 70. Anak-anak terbelakng memerlukan pendidikan khusus yang
sesuai dengan drajat keterbelakangannya,
misalnya pendidikan luar biasa bagi anak tergolong mild retardation dan
moderat. Tujuan dari sekolah luar biasa tidak berbeda denagan tujuan sekolah
anak-anak normal, yakni melatih belajar
membaca dan berhitung disertai dengan
mengembangkan keterampilan social anak, keterampilan tangan sesuai dengan bakat
anak dan latihan tanggung jawab dalam masyarakat.
3.
Perbedaan kepribadian
Kepribadian
adalah pola perilaku dan cara berfikir yang khas ,yang menyesuaikan diri
seseorang terhadap lingkunganya. (atkinston,dkk,1996). Definisi tersebut
menyiratkan adanya konsistensi perilaku bahwa orang cenderunguntuk bertindak
atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Kepribadian tesebut
menyiratkan karakteristik yang membedakan satu individu denang individu yang
lain. Oleh karena itu guru harus mengetahui dan memahami kepribadian ndividu
siswanya, sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat perjalan secara
optimal, untuk itu guru harus mengetahui beberapa model kepribadian dianaranya
adalah :
a. Extroversion,
orang tipe ini menikmati keberadaanya bersama orang lain,penuh energi, serta
mengalami emosi positif. Mereka cenderung antusias, dalam kelompok mereka suka
berbicara, menegaskan diri mereka sendiri, dan menunjukan perhatian pada dii
sendiri.
b. Agreebleness
merefleksikan perbedaan individu yang berhubungan kerjasama dan harmoni sosial.
Mereka penuh perhatian, bersahabat, demawan, suka menolong dan mau menyesuaikan
keinginan dengan orang lain. Selain itu
individu yang disageeabel menempatkan keinginannya di atas orang lain.
Kadang-kadang keraguan mereka terhadap orang lain menyebabkan mereka menjadi
mudah curiga, tidak bersahabat dan kurang kooperatif. Disegreabel dapat menjadi
ilmuan, kritikus atau tentara yang baik.
c. Conscientiousness,
berkaitan dengan cara kita mengatur, mengontrol dam memerintah imlus. Implus
itu tidak selalu jelek, kadang-kadang waktu menghambat pertimbangan dalam
pengambilan keputusan, dan tindakan pada implus pertama dapat merupakan respon
yang efektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa conscientiousnessn berhubungan
dengan disiplim kerja, berminat terhadap pelajaran, berkonsentrasi, serta
memandang belajar sebagai suatu yang mudah, siswa ini menggunakan pendekatan
strategis yang bagus dalam pengorganisasian pekerjaan mereka, dapat mengatur
waktu, serta belajar keras. Mereka juga memiliki tujuan jelas dalam
belajar.mereka memiliki motivasi intrinsik dan sikap belajary ang baik.
d. Neoroticim,
menunjukan pada kecenderungan untuk mengalami emosi negative kusus seperti
cemas, marah, atau depresi tetapi mungkin mengalami beberapa emosi tersebut.
Siswa tipe ini berkonsentrasi terhadap apa yang diingatnya tanpa memperhatikan
arti atau memahami materi. Mereka hanya mengerjakan ujian namun tidak berminat
pada pelajaranya itu sendiri.
e. opennes to experience, di deskripsikan
sebagai dimensi kepribadian yang membedakan orang yang kreati dan imajinatif
dengan orang yang sederhana dan konversional. Orang yang terbuka adalah orang yang secara
intelektual selalu inggin tahu, memiliki apresiasi terhadap seni, serta
sensitiv terhadap kecantiakan. Siswa
dengan pendekatan mendalam ingin menemukan arti yang dalam dari suatu teks.
Mereka kritis logis dan menhubunglan apa yang mereka pelajari dengan
pengetahuan mereka.
4.
Perbedaan gaya belajar
Belajar
merupakan proses internal yang di ukur melalui perilaku. Adanya perbedaan kognitif, akfektif, maupun
psikomotorik diantara para siswa mempengaruhi pilihan belajar mereka yang
muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan
perbedaan belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya
belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan
mengembangkan keterampilan baru, serta proses penyimpanan informasi baru dan
mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik
pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak
efektif untuk orang lain.
Keefe
(19880 menyatakan behwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar,
serta cara belajar anak yang disukai. Siswa akan memperoleh informasi dalam
satu cara yang dirasakan tidak nyaman baginya. Siswa memiliki kebutuhan belajar
sendiri, belajar dengan cara berbeda. Oleh karena itu jika gaya mengajar guru
tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka, maka belajar tidak akan terjadi.
Ketika guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, guru sama dengan
memberitahu pada siswa bahwa dia mengetahui mereka adalah individu yang mungkin
belajar dengan cara berbeda dengan siswa lain.
Menurut
Bernice mccarthy (1980) mengidentifikasi 4 macam gaya belajar yaitu :
a.
Mengalami (merasakan dan mereflesikan )-
innovative learner, orang dengan tipe ini memilih berbicara mengenai pengalaman
dan perasaan mereka, bertanya atau bekerja dalam kelompok. Mereka menyukai
belajar masalah masalah yang berhubungan kehidupan nyata, diasuh oleh guru,
diberi atas pertanyaan “mengapa”
b.
Mengkonseptualisasikan (mereflesikan dan
memikirkan) orang tipe ini berorientasi pada pengetahuan, konseptual dan
keteraturan. Mereka memilih belajar melalui ceramah-ceramah,bekerja secara
mandiri, serta mendiskusikan ide-ide.
c.
Mengaplisasikan orang dengan tipe
belajar ini suka memecahkan masalah secara aktif, belajar melalui pencarian,
sentuhan, manipulasi, membentuk dan tugas-tugas special.
d.
Membentuk (membentuk dan melakukan) orang dengan tipe
belajar ini memilih belajar dengan menemukan sendiri, mancari pengetahuan
dengan trial and eror, dan bekerja secara mandiri.
Sumber :Buku psikologi pendidikan
kak mau tanya?
BalasHapusadakah referensi untuk indikator pemilihan gaya belajar 4mat system bernice mccarthy?